Sabtu, Februari 05, 2011

Balada Gulali dan Lolipop

Gulali, kembang gula yg pernah menjadi idola pada jamannya. Bertangkai dan dibuat dgn cara sederhana. Tidak terpengaruh oleh tuntutan dan keinginan apapun atau siapapun. Jika si-pembuatnya ingin bentuknya seperti apapun, ya kita akan mau2 saja membeli dan mengulumnya sampai habis. Sederhana tapi manis. Itulah gulali.

Lolipop, permen yg sudah terkena pengaruh budaya pop barat. Namun tetap manis dgn bentuknya yg menarik dan warna yg beraneka ragam sehingga membuat mata tak ada yg bisa lari dari kejaran godaannya. Siapapun ingin merengkuh & melumatnya sampai habis. Tapi satu hal, lolipop tidak seperti gulali. Gulali si kembang gula yg cuma jadi pilihan tunggal untuk disukai. Gulali selalu jadi pilihan. Sedangkan Lolipop adalah permen hidup di jaman romantika yg serba bersaing dan harus selalu memutar otak untuk mengubah penampilannya supaya lebih menarik. Yg tujuannya supaya si penikmat tetap tergoda.

Singkat cerita, gulali dan lolipop pun bersatu. Mengikrarkan satu janji untuk tetap terus bersama sebagai belahan jiwa dari pasangannya. Mencoba menjadi sesuatu yg berbeda seperti yg dilakukan anak jaman kebanyakan namun tetap memperhatikan fungsi aslinya. Yap! Si-pencipta manis, Si-pencipta suasana romantis dan Si-penghilang air mata tangis.

Dan perlu diketahui, lolipop tidak lebih tahan lama dibandingkan gulali. Mungkin karena gulali dibuat lebih dulu dan bertahun-tahun lebih dulu drpd Lolipop. Gulali dibuat dari bahan-bahan alami dgn pengolahan yg sederhana. Gulali besar dan berkembang dgn pengalaman. Sehingga pandai mempelajari kesalahan dan kuat ketika menghadapi kekesalan-kekesalan dan amarah dari lingkungan. Sedangkan lolipop, sebuah permen pabrikan yg dibuat dgn proses cepat dan instant. Lolipop dibuat dari bahan-bahan yg kurang diperhatikan sehingga lebih mudah mencair. Lolipop tidak bisa lama-lama berdiri di bawah hujan atau dihadapkan pada terpaan angin kencang. Sebentar saja, Lolipop pasti mencair.

Suatu ketika, Lolipop mulai mencair. Gulali pun rela memberikan separuh cairan gulanya kepada belahan jiwanya, Lolipop. Itu dilakukannya supaya Lolipop selalu tampil anggun dan cantik di mata Gulali. Sesekali mencair, Gulali tetap memberikan cairan gulanya kembali. Terus menerus seperti itu sampai akhirnya Gulali pun habis terkikis.

Lolipop pun menangis, sedih karena belahan jiwanya sudah tiada. Sampai akhirnya tangisan itu terhenti seketika. Terhenti oleh suara yg pernah didengarnya. Suara yg dulu sering menasehatinya. Suara yg dulu sering membuatnya tertawa, tersenyum bahagia. Suara itu adalah suara Gulali si belahan jiwanya.

“Jangan bersedih lolipop, aku tidak hilang. Aku masih tetap di sini. Mendengarkanmu menangis dan mengeluh sepanjang hari. Hanya saja kau yg tidak sadar kalau aku sudah berada dan menyatu dalam tubuhmu. Ingatkah engkau, dulu setiap kau mencair, aku selalu memberikan gulaku untukmu. Setiap kau terkikis, aku rela memotong sebagian raga ini agar kau tetap terlihat utuh dan manis. Skrg kau sudah kuat. Kau sudah mewarisi sifat-sifatku, permen yg kuat dan tak mudah mencair. Dan skrg, sudah saatnya kau mencari penggantiku. Sudah saatnya kau mencari kebahagiaan yg lain. Karena aku akan senang jika melihatmu bahagia. Dengan begitu, aku akan tetap hidup di hatimu dan kita akan selalu tetap bersama, selamanya”.

“gulalidanlolipop”