Kamis, Maret 26, 2009

De Javu

Siang hari yang sangat terik sebelum Didit berangkat ke kampus untuk ujian akhir semester. motor yang sudah setengah jalan ke kampus terpaksa harus dibelokkan ke rumah tari, kekasih Didit yang akan berangkat ke Bandung dan berangkat dari hidup Didit. Membawa semua kenangan mereka ke tempat yang sangat jauh.


12.30 di kamar Tari win amp memutarkan lagu Maliq n D' Essential - Untitled

* Tari *
"aku ga mau kamu ninggalin aku Dit" neng menangis sambil menghapus air matanya.

* Didit *
"aa juga ga mau ninggalin kamu neng, tapi kan neng udah ngundang orang lain masuk kedalam hidupmu juga dan kamu nikmatin itu kan?" Didit pun mencoba untuk tidak ikut mencucurkan air matanya.

* Tari *
"Tapi aku sayang kamu a, sayang sekali"

* Didit *
"Kalo sayang kamu ga akan ngundang dia neng. Kamu ga akan menjadikan dia sebagai pelengkap kekurangan aa neng. Kamu yang tiap hari jadi inspirasi aa. Dan tiap hari aa terus mikir gimana caranya bikin kamu bahagia. Kamu lupa ya? Kamu yang janji akan support aa sampe lulus kuliah nanti dan itu ga lama lagi neng." mata itu tak bisa dibohongi, air yang harusnya tidak boleh keluar dari mata seorang laki-laki akhirnya terpaksa harus dikesampingkan dulu gengsinya. Deras Sekali.

* Tari *
"iyaa, ga lama lagi memang. Dan ga lama lagi juga dia pengen ngelamar aku. Dari dulu aku udah support kamu untuk serius kuliah. Tapi, kamu malah ga dengerin kata-kata aku. Kamu malah asyik sama hobi kamu dan neng harus sendirian tiap harinya. Dan ini yang bikin neng mikir kalo kamu ga bisa pernah serius dan ga pernah mau mikirin hubungan kita akan dibawa kemana nantinya. Sampai akhirnya dia datang ke hidup aku dan merhatiin aku lebih dari kamu."

Selama ini Didit memang asyik dengan hobi fotografinya. Tapi itu semua dilakukan Didit semata-mata untuk membuktikan kalau hobi itu bisa dijadikan pekerjaan dan nantinya yang akan menjadi batu loncatan untuk ke jenjang hidup yang lebih layak. Hidup layak untuk Didit dan Tari.

12.39 di kamar Tari Ahmad Dhani - Aku Cinta Kau dan Dia

* Didit *
"Aku ngelakuin ini juga buat kita nantinya neng. Dan akhir-akhir ini aku juga udah ga cuekin kamu lagi. Aku udah ngerasa kehilangan banget pas kamu pindah ke Bandung. Selama ini tiap hari aku ketemu kamu dan tiba-tiba kamu pergi. Aku pun akhirnya ngerasa jauh dan aku mau berubah. Tapi kenapa, setelah aku berubah dan mau nunjukin keseriusan aku itu, kamu malah ngehadirin orang lain di hidup kamu? Kamu juga harus tau, aku selama beberapa bulan ini udah dapet kerjaan yang memang ga semapan orang itu. Tapi aku punya niat untuk jenguk kamu di sana."

* Tari *
"eneng tau a, tapi dia yang selama ini merhatiin neng selama di Bandung. Dia yang selama ini jadi curahan kemarahan aku kalo aku lagi kesel sama kamu. Neng kesepian di sana. Dan dia juga butuh Neng, kasian dia ga punya temen dan sendiri disana."

* Didit *
"Gini ya neng, kalo aku ga kuliah, aku pasti akan nemuin kamu di sana. Lagipula neng kan tau, aa juga sambilan kerja buat biayain kuliah ini. Ga akan mungkin aa minta uang Ibu terus. Aku harus tanggung jawab buat jalan hidup yang aku jalanin sekarang. Dan kamu juga kemana saat aa butuh kamu? padahal aa tau, minggu kemarin kamu lagi di Jakarta dan kamu lagi sama dia kan?"

* Tari *
"aa tau dari mana?" Air mata itu makin deras saja.

* Didit *
"aa punya mata neng. dan hati ini juga punya mata"

Tari pun terdiam dan langsung memeluk Didit yang rasanya setelah ini mereka tidak akan bertemu untuk waktu yang lama.

12.45 di kamar Tari Peterpan - Yang Terdalam
* Didit *
"Kamu tau, tiap hari aku selalu nunggu kabar kamu, sms kamu, telfon dari kamu, tapi kamu tetep aja ga ada kabarnya. aa juga udah coba sms dan telfon kamu berkali-kali tapi kamu juga ga bales dan jawab telfon dari aa. itu juga ga hanya sekali dua kali. tapi sering..!!!" Intonasi Didit kini meninggi.

* Tari *
"aa juga harus tau kalo aku sibuk disana"

* Didit *
"Iya sibuuuuk banget. Sampe-sampe, presiden aja kalah sibuknya. Sampe-sampe aku harus ngemis-ngemis supaya kamu bales sms dan angkat telfon aku. Malem pun aku telfon kamu, kamunya udah keburu capek. Kamunya keburu ngantuk. Dan sampe-sampe aku yang bener-bener kangen sama suara centil dan manja kamu. Kangen sama cerita keseharian kamu di sana"

* Tari *
"Trus, sekarang aa maunya gimana?" Suara Tari semakin mengecil dan tak bisa menahan kesedihan karena ia tau sebentar lagi Didit yang selama ini ia sayangi akan pergi. Bukan karena ingin pergi ke kampus, bukan karna ingin pergi ujian, tapi pergi selamanya.

* Didit *
"aku mau hubungan kita sehat. Ga kayak gini. Hanya ada kamu sama aku. " suara Didit pun melemah.

* Tari *
"Tapi aku ga bisa ngelepas diaaa"

Air mata mereka menetes tak bisa dibendung lagi. Isak tangis Tari memecahkan kesunyian komplek sepi di siang itu.

13.03 di kamar Tari Peterpan - Semua Tentang Kita

* Didit *
"Gini aja, Kamu seneng keseharianmu sama dia? Kamu bahagia sama dia? Kamu sayaa..ng sama diiaa.."

Tari pun hanya bisa menunduk dan membiarkan air mata itu membasahi lantai.

* Didit *
"Gini ya neng, kalo kamu emang bahagia sama dia, kalo kamu emang sayang sama dia, aa rela ngelepas kamu. aa rela ngorbanin perasaan ini buat kamu. aa rela ngeliat kamu bahagia sama orang lain"

Tari pun memeluk Didit. Kencang sekali. Seakan tak mau Didit pergi darinya.

* Tari *
"Maafin neng ya a? Neng ga bisa jadi perempuan yang bisa buat kamu bahagia. Neng ga bisa penuhin janji neng buat jadi wanita terbaik dalam hidup kamu. Neng ga akan bisa ngelupain kamu. Ngelupain semuanya. Ngelupain semua cerita tentang kita. Neng sayang kamu, tapi neng harus pilih salah satu dan itu berat banget buat neng. Maafin neng udah bikin kamu dan keluargamu kecewa. 5 tahun yang kita jalanin akan jadi kenangan paling indah buat neng. Kamu masih boleh nemuin neng kok. Tapi keadaannya mungkin ga seperti kita dulu. Dan makasih udah mau ngeliat neng bahagia. Aku akan support kuliah kamu terus, sampe nanti kamu wisuda dan neng mau ngedampingin kamu disana. Pokoknya kamu harus sukses. Kamu harus bisa nemuin perempuan yang lebih baik dari aku. Kamu juga harus bisa bahagia"

Mereka pun saling memeluk erat dan air mata pun membasahi tubuh mereka siang itu. Siang yang terik, tapi basah oleh air mata dua anak manusia yang sebenarnya saling mencintai tapi tak pernah yakin bisa bersatu. Dua anak manusia yang berpagut erat dan tak mau melepaskan. Dua anak manusia yang harus dipisahkan oleh keadaan latar hidup masing.

* Didit *
"Kamu harus bisa bahagia sama dia. Dan itu yang bikin aku berhenti nangisin kepergian kamu. Kamu harus serius sama dia. Dan itu yang akan bikin aku jadi lebih serius lagi ngejalanin hidup aku yang ga bener ini. Ga usah pikirin aku. Aku ikhlas ngelepas kamu yang penting kamu bisa tersenyum terus tanpa harus diomelin tiap harinya sama aku. Tanpa harus dibikin pusing sama urusan-urusan aku yang ga penting ini. Aku yang egois udah pertahanin kamu padahal akunya ga pernah mikirin hubungan kita mau dibawa kemana nantinya. Maafin aku juga udah bikin kamu susah selama ini. Aku sayang kamu. Dan beginilah cara terakhir aku ngungkapin sayang aku ke kamu. dengan rela ngebiarin kamu mencari kebahagian sama orang lain."

Diditpun pergi meninggalkan Tari. Pergi meninggalkan kenangan dan cita-cita yang selama ini ia cicil sebisa mungkin untuk dipersembahkan sebagai hadiah yang tak ternilai harganya kepada perempuan yang paling ia kagumi selama ini. Pergi Meninggalkan perempuan yang harusnya bisa bahagia dengannya tapi harus mencari kebahagiaan di tempat lain. Pergi meninggalkan perempuan yang selama ini menjadi penyemangat hidupnya dan kali ini harus ia terima kalau perempuan itu yang sebenarnya pergi meninggalkan Didit dan membuang jauh-jauh semangat hidup Didit.

Oh Hujan Turun Lagi

sinar matahari pun mulai tak kelihatan.
langit gelap mulai berani menampakkan wajahnya.
tampaknya hujan lebat sebentar lagi akan turun.

tidak..
hujan itu sudah turun.
lebat sekali.
saking lebatnya, saya tidak sanggup melihat ke atas.
hanya bisa tertunduk menahan perihnya terpaan air hujan yang sangat lebat itu.
sampai-sampai nyawapun sudah hilang separuh.

pandangan pun mulai ikut tidak jelas.
ada apa di depan sana?
saya tidak tau.
saya tidak dapat melihatnya.

apakah saya harus bergerak ke depan?

atau diam di tempat sambil tertunduk menahan perih sampai hujan yang lebat ini berhenti?

atau berharap menunggu seseorang datang membawakan payung kepada saya?
huff,

detik pun berlalu.
menit pun berlalu.
jam pun berlalu.
hari pun berlalu.
minggu pun berlalu.
bulan pun juga berlalu.
tapi hujan lebat ini masih saja deras.
perihnya terpaan hujan sudah tak sesakit tadi.
mungkin saya sudah terbiasa.
tapi pandangan mata masih saja kabur.
masih tidak jelas ada apa di depan sana.

baiklah,
saya harus bergerak maju ke depan.
saya tidak bisa hanya berdiam diri tertunduk menahan perihnya hujan di sini.
harapan tentang datangnya seseorangpun juga harus saya singkirkan saja.

baiklah,
saya pun mulai berjalan ke depan.
selangkah demi selangkah.
berat memang, tapi saya harus melangkah.
walaupun hujan masih saja deras.
walaupun pandangan masih saja tidak jelas.

semoga hujan deras ini cepat berhenti.
semoga di depan sana ada persinggahan untuk berteduh dan beristirahat sejenak.

semoga di depan sana saya bisa bertemu seseorang yang membawa payung dan bisa memintanya untuk bersedia jalan bersama melewati lebatnya hujan.

semoga..